Stop Kekerasan Lisan Pada Anak

Kekerasan bisa diartikan sebagai suatu sikap untuk menyakiti sehingga korban akan mengalami kerugian atau kerusakan. Perilaku menyakiti ini bisa dalam bentuk mulut maupun fisik.

Sedangkan kerugian yang dialami oleh korban bisa berupa fisik, bahan maupun psikologis.

Mungkin disadari ataupun tidak, banyak sekali para orang bau tanah yang ada di sekitar kita telah melaksanakan kekerasan mulut atau kekerasan melalui kata-kata. Bisa saja dengan berteriak kepada anak, melontarkan kata bergairah dan sebagainya.

Bahkan kekerasan mulut ini lebih sering dilakukan ketimbang kekerasan fisik, dan bahkan bisa menjadi kebiasaan atau secara berulang-ulang dilakukan.
Orang bau tanah yang cakap teknologi, sudah saatnya untuk stop kekerasan mulut kini juga lantaran hal tersebut bisa kuat pada perkembangan anak selanjutnya.

Kalau berbicara mengenai kekerasan verbal, tidak sanggup dipisahkan dengan komunikasi non verbal. Misalnya saja tatapan mata, melotot, senyum, adanya intonasi, tekanan dan tempo pada ketika berbicara dan sebagainya.

Sehingga kekersan mulut itu bukan saja hanya terbatas pada kata-kata atau pernyataan, kata bergairah saja, namun juga melibatkan komunikasi non verbal.

Pemicu Kekerasan Verbal


Kekerasan mulut terjadi lantaran tak lepas dari faktor pemicu. Dan yang paling sering terjadi pada umumnya ialah lantaran kondisi orang bau tanah pada ketika itu sedang tidak baik.

Misalnya saja kecapekan sehabis beraktivitas seharian atau sedang mengalami stres lantaran suatu hal.

Sehingga orang bau tanah kurang mempunyai rasa toleransi pada ketika itu dalam menghadapi banyak sekali kesalahan yang dilakukan oleh bawah umur mereka. Setelahnya, biasanya orang bau tanah akan merasa menyesal lantaran sudah melaksanakan kekerasan mulut kepada anak.

Selain itu, orang bau tanah yang masa kecilnya pernah mengalami kekerasan mulut juga bisa menjadi pemicu untuk melaksanakan tindakan yang sama.




Mempengaruhi Psikologis Anak


Saat yang sempurna dalam pembentukan ego dan self esteem anak ketika mereka berumur antara 2 - 12 tahun. Pada fase ini, anak akan menyerap banyak isu namun belum mempunyai kemampuan menata isu yang masuk.

Semua isu yang didapat akan masuk dan diserap tanpa ada kemampuan memilah mana isu yang perlu disimpan di memori dan mana yang tidak.

Akibatnya semua kata-kata bergairah yang sudah dilontarkan orang tuanya akan terekam oleh anak dan selanjutnya akan masuk ke alam bawah sadar si buah hati.

Jika Sudah Terlanjur


Apa yang terjadi bila sudah terlanjur? Biasanya anak akan merasa sakit hati, terlihat murung, dan takut. Kalau sudah begini, orang bau tanah harus sesegera mungkin menyadari kesalahannya.

Dekatilah buah hati dan sampaikanlah seruan maaf. Hal ini penting, semoga anak bisa mengetahui dan memahami bahwa setiap orang niscaya mempunyai salah.
Kekerasan bisa diartikan sebagai suatu sikap untuk menyakiti sehingga korban akan menga Stop Kekerasan Verbal pada Anak
Sehingga anak akan berguru menjadi orang toleran dan bisa mendapatkan kesalahan orang lain.

Selanjutnya, selain meminta maaf, sebaiknya orang bau tanah menjelaskan kenapa bisa mengeluarkan kata-kata bergairah tersebut. Dengan begitu, anak akan memahami kondisi orang tuanya.

Setelah seruan maaf dan alasan marah, selanjutnya sebaiknya orang bau tanah memeluk anaknya dengan perasaan kasih sayang.

Meskipun keerasan mulut tidak akan hilang selamanya, namun minimal anak akan menimpannya di memori dengan sesuatu yang baik, bukan sebuah luka dan sakit hati.

Anak juga bisa berguru bahwa seseorang itu bisa melaksanakan kesalahan, anak berguru toleransi, memahami kondisi orang lain dan sekaligua berguru untuk memeaafkan kesalahan orang lain.

Kekerasan bisa diartikan sebagai suatu sikap untuk menyakiti sehingga korban akan menga Stop Kekerasan Verbal pada Anak

0 Response to "Stop Kekerasan Lisan Pada Anak"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel